Sabtu, 06 Oktober 2012

Penduduk, Masyarakat dan Kebudayaan 2

*Kebudayaan dan Kepribadian*


PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN DI INDONESIA
Berdasarkan Arkeologi (ilmu yang mempelajari peninggalan purbakala dari manusia pra sejarah), perkembangan budaya manusia Indonesia dapat di golongkan menjadi beberapa periode yaitu periode jaman batu (batu tua, batu tengah, batu muda, dan jaman logam perunggu).
JAMAN BATU

Paleolithikum (batu tua)
Ciri dari jaman ini adalah peralatan buat dari batu masih kasar dan belum di asah. Alat dari batu ini di buat dengan cara membenturkan batu yang satu dengan yang lainnya, pecahan batu yang menyerupai kapak kemudian mereka gunakan sebagai alat.
Cara hidup manusia pada jaman plleolithikum adalah: nomad dalam kelompok kecil, tinggal dalam gua atau ceruk karang, berburu, mengumpulkan makanan (food gathering). Menurut Teuku Jacob, bahasa sebagai alat komunikasi telah ada dalam tingkat sederhana.
Berdasarkan tempat penemuannya, jaman palleolithikum terbagi atas kebudayaan Pacitan dan Ngandong. Pada kebudayaan pacitan, peralatan yang di hasilkan adalah kapak genggam, alat penetak (chopper), yang ditemukan oleh Koenigswald pada tahun 1935. Selain di Pacitan, alat – alat tersebut di temukan pula di beberapa daerah seperti : Sukabumi (Jabar) , Parigi, Gombong, (Jateng) , Lahat (Sumsel), Lampung , Bali, Sumbawa, Flores, Sulsel, Kalsel dan Timor. Alat-alat tersebut di temukan pada lapisan yang sama dengan di temukannya fosil Pitechanthropus Erectus.
Pada kebudayaan ngandong, peralatan yang ditemukan adalah flakes (alat serpih) berupa pisau atau alat penusuk. Disamping itu ditemukan pula peralatan dari tulang dan tanduk berupa belati, mata tombak yang bergerigi, alat pengorek ubi, tanduk menjangan yang diruncingkan dan duri ikan pari yang diruncingkan. Alat-alat tersebut ditemukan pula di daerah lain seperti di Sangiran dan Sargen (Jateng). Manusia pendukung kebudayaan Ngandong adalah Homo Soloensis dan Homo Wajakensis, karena di temukan pada lapisan tanah yang sama dengan ditemukannya peralatan kebudayaan Ngandong.


 
Mesolitihkum (batu tengah)
Ciri dari jaman ini adalah peralatan dari batu yang telah di asah bagian sisi tajamnya. Jaman ini merupakan peralihan dari Palleolithikum ke Neolithikum. Yang menarik dari jaman Messolithikum adalah di temukannya tumpukan sampah dapur yang kemudian di beri istilah Kjokkenmoddinger dan Abris sous roche oleh penelitinya yaitu Callenfels yang juga digelari sebagai bapak prasejarah).
Kjokkenmoddinger adalah tumpukan kulit kerang dan siput yang telah membatu, yang banyak di jumpai di pinggir pantai. Sedangkan Abris sous roche adalah tumpukan dari sisa makanan yang telah membatu di dalam gua.
Cara hidup Messolhitikum adalah sebagian masih food gathering dan berburu tetapi sebagian telah menetap dalam gua dan bercocok tanam sederhana (berladang) menanam umbi-umbian. Mereka juga telah pula menjinakan hewan dan menyimpan hewan-hewan buruannya sebagai langkah awal untuk berternak.  

Mereka telah membuat gerabah, mengenal kesenian dalam bentuk lukisan di dinding gua (lukisan gua) ketika mereka telah menetap. Lukisan tersebut berupa gambar telapak tangan berlatar belakang warna merah , gambar babi rusa yang tertancap Panah (di gua Leang-Leang, Sulsel). Penelitiannya dilakukan oleh Heekren Palm pada tahun 1950 di gua pulau Muna , dimana berhasil di temukan berbagai lukisan manusia, kuda, rusa, buaya, anjing. Sedangkan di Maluku dan Papua ditemukan lukisan gua dalam bentuk gambar cap tangan, kadal, manusia, burung, perahu, mata, dan matahari.
Pada jaman Messolhituikum terbagi atas 3 kelompok budaya : kebudayaan flakes (fleks culture), kebudayaan pebble (pebble culture) , dan kebudayaan tulang (bone culture). kebudayaan ini di dukung oleh manusia dari jenis papua melanesoid yang berasal dari Indo China .  

Flakes culture atau peralatan berupa alat serpih, yang telah ada sejak jaman Palleolithikum, menjadi sangat penting pada jaman messolithikum karena memunculkan corak tersendiri. Terutama setelah mendapatkan pengaruh dari budaya daratan. Dua orang peneliti berkebangsaan Swiss (Fritz Sarasin dan Paul Sarasin ) antara tahun 1893-1896, melakukan penelitian di Sulsel, dan berhasil menemukan fleks . Peralatan sejenis juga di temukan di daerah lain yaitu Bandung (fleks dari obsidian yaitu batu hitam yang indah), Flores, NTT dan Timor. Flakes culture merupakan pengaruh dari Asia daratan yang masuk ke Indonesia melalui jalur timur yaitu Jepang, Taiwan, Philipina, Sulawesi.  
Pebble culture, peralatan berupa kapak genggam sumatera (pebble), kapak pendek (hacte curte), batu penggiling, dan pisau. Callenfels pada 1925, melakukan penelitian di pesisir Sumatera dan menemukan peralatan di atas bersama Kjokkenmoddinger. Pebble culture merupakan pengaruh dari kebudayaan Bacson Hoabinh (Indo china) yang masuk ke Indonesia melalui jalur barat yaitu Malaka dan Sumatera.
Bone culture, penelitian di lakukan oleh Callenfels 1928-1931 di Sampung Ponorogo. Peralatan tersebut ditemukan bersama dengan Abris sous roche di dalam gua. Di gua-gua juga ditemukan fosil dari jenis manusia Papua Melanesoide, yang merupakan nenek moyang orang Papua (Irian). Peralatan dan fosil sejenis di temukan pula di Besuki dan Bojonegoro.  


Neolhitikum (batu muda)
Ciri jaman batu muda adalah pemakaian peralatan dari batu yang telah diasah halus karena telah mengenal tehnik mengasah. Pada jaman ini terjadi revolusi kehidupan yaitu perubahan dari kehidupan nomad dengan food gathering menjadi menetap dengan food producing.
Cara hidup pada jaman neolithikum adalah hidup menetap, bertempat tinggal dekat sumber air, food producing (menghasilkan makanan dari bercocok tanam dan berternak walaupun berburu masih dilakukan terutama pada waktu senggang), membuat rumah bertonggak dengan atap dari daun-daunan membuat kain dari kulit kayu (ditemukan pemukul kulit kayu), membuat perahu atau rakit, membuat perhiasan dari batu-batu kecil indah.
Menurut penelitian mereka berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Melayu polinesia. Pada akhir jaman ini telah dikenal kepercayaan dalam bentuk Animisme (kepercayaan tentang adanya arwah nenek moyang yang memiliki kekuatan gaib) dan dinamisme (kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap memilki kekuatan gaib). Mereka percaya bahwa setelah mati ada kehidupan lain sehingga di adakanlah berbagai upacara terutama bagi kepala sukunya. Mayat yang dikubur disertai dengan berbagai macam benda sebagai bekal di alam lain, dan sebagai peringatan maka di bangunlah berbagai monument (bangunan) yang rutin diberi sajian agar arwah yang meninggal (leluhur) melindungi dan memberikan kesejahteraan bagi sukunya.
Pada jaman ini pembuatan gerabah memegang peranan penting sebagai wadah atau tempat dalam kehidupan sehari-hari. Adapula gerabah yang digunakan untuk keperluan upacara dan gerabah yang dibuat dengan indah baik bentuk maupun hiasannya.
Berdasarkan peralatannya kebudayaan jaman neolitihkum di bedakan menjadi kebudayaan kapak persegi dan kapak lonjong berasal dari Heine Geldern berdasarkan kepada penampang yang berbentuk persegi panjang dan lonjong.
 

Kebudayaan kapak persegi
Kebudayaan kapak persegi berasal dari Asia daratan yang menyebar ke Indonesia melalui jalur barat melalui Malaka, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusatenggara. Terdapat kapak persegi ukuran kecil (di gunakan sebagai fungsi kapak) dan yang ukuran besar (digunakan sebagai fungsi beliung atau cangkul). Dibeberapa daerah ditemukan bekas-bekas pusat kerajinan kapak persegi seperti di Lahat (Palembang), Bogor, Sukabumi, Purwakarta, Tasik (Jabar), Pacitan (Jatim). Kebudayaan kapak persegi di dukung oleh manusia Proto Melayu (Melayu Tua) yang migrasi ke Indonesia menggunakan perahu bercadik sekitar 2000 SM (Sebelum Masehi). Yang merupakan keturunan ras Melayu Tua adalah suku Sasak , Toraja, Batak dan Dayak . Di Minahasa (Sulut) di temukan kapak bahu, sejenis kapak persegi di beri leher untuk pegangannya. 


Kebudayaan kapak lonjong
Ukuran kapak lonjong ada yang besar (walzenbeli) dan kecil (kinbeli), sering di sebut dengan istilah Neolith Papua karena penyebarannya terbatas di Irian saja oleh bangsa Papua Melaneside. Dari peralatan yang ditemukan, baik kapak persegi maupun kapak lonjong di buat dari batu api (chalcedon), terdapat pula kapak yang tidak terdapat tanda-tanda bekas dipakai dalam bentuk yang indah (sebagai alat berharga, lambang kebesaran atau jimat).
 

JAMAN LOGAM

Jaman perunggu

Kebudayaan perunggu di Asia Tenggara merupakan pengaruh dari kebudayaan Dongson, yang berkembang di Vietnam. Geldern berpendapat bahwa kebudayaan Dongson berkembang paling muda sekitar 300 SM (sebelum Masehi). Pendukung kebudayaan perunggu adalah bangsa Deuteuro Melayu (Melayu Muda) yang migrasi ke Indonesia sambil membawa kebudayaan Dongson. Keturunannya adalah Jawa, Bali, Bugis, Madura, dll. Bahkan ditemukan beberapa bukti bahwa telah terjadi pembaruan antara Melayu Monggoloide (Proto melayu dengan Deuteuro melayu) dan Papua Melaneside.
Ciri jaman perunggu adalah pemakaian peralatan dari logam yang dikembangkan melalui tehnik bivalve (rangkap) dan a cire perdue (cetak lilin). Namun bukanlah berarti setelah itu peralatan dari batu dan gerabah di tinggalkan karena masih terus dipergunakan bahkan sampai sekarang .
Ciri kehidupan pada jaman perunggu adalah telah terbentuk perkampungan yang teratur dipimpin oleh kepala suku atau ketua adat, tinggal di dalam rumah bertiang yang besar yang bagian bawahnya dijadikan tempat ternak, bertani (berladang dan bersawah) dengan sistem irigasi sehingga pengairan tidak selalu bergantung kepada hujan. 

Telah terdapat pembagian kerja berdasarkan keahlian sehingga munculah kelompok undagi (tukang yang ahli membuat peralatan logam). Mereka telah menguasai ilmu Astronomi (untuk kepentingan pelayaran dan pertanian ) dan membuat perahu bercadik.  
Beberapa hasil budaya pada jaman perunggu adalah kapak corong (kapak sepatu), candrasa (kapak corong yang salah satu sisinya memanjang), terdapat candrasa dan kapak corong yang indah dan tidak ada tanda-tanda bekas di gunakan. Nekara (seperti dandang tertulungkup), moko (nekara yang lebih kecil), terdapat berbagai perhiasan seperti garis lurus , piln-pilin, binatang, rumah, perahu, lukisan orang berburu, tari dan lukisan orang China (monggol).
Selain itu mereka membuat bejana perunggu (berbentuk seperti periuk yang gepeng) dengan hiasan indah (dalam bentuk garis dan burung merak), arca perunggu (ditemukan di Bangkinag – Sulsel , Bogor - Jabar, dan Riau ) serta perhiasan perunggu seperti gelang, kalung, anting, dan cincin.
 

Kebudayaan megalithikum (batu besar)
Di sebut kebudayaan batu besar karena pada umumnya menghasilkan kebudayaan dalam bentuk monument yang terbuat dari batu berukuran besar. Kebudayaan ini muncul pada akhir jaman neolhitikum, tetapi perkembangannya justru terjadi pada jaman perunggu (kebudayaan Dongson).  

Hasil-hasil dari kebudayaan megalithikum memberikan petunjuk kepada kita mengenal perkembangan kepercayaan, terutama pemujaan terhadap arwah nenek moyang, yang memang telah mulai nampak pada akhir jaman neolithikum.  
Berikut ini adalah hasil-hasil budaya megalhitikum : Menhir atau tugu batu yang terbuat dari batu tunggal, yang berfungsi sebagai tanda peringatan dan melambangkan arwah nenek moyang sehingga menjadi benda pemujaan. Menhir banyak di temukan di Pasemah, Lahat, Sungai Talang Koto (Sumatera), Nagada (Flores).  
Dolmen atau meja batu tempat sesaji, ada yang di sangga oleh menhir dan ada pula yang digunakan sebagai penutup keranda atau sarchopagus, yang demikian dinamakan dengan pandhusa. Sarcophagus (keranda) adalah peti mati tempat penyimpanan mayat yang berbentuk lesung terbuat dari batu utuh yang diberi tutup. Di Bali di temukan keranda yang berisi tulang belulang manusia, barang perunggu serta manik-manik.
Kubur batu, peti mayat yang di pendam di dalam tanah berbentuk persegi panjang dengan ke empat sisinya di buat dari lempengan – lempengan batu. Ada pula yang di sebut waruga, yaitu kubur batu yang berbentuk bulat. Kubur batu banyak di temukan di Kuningan (Jabar), Pasemah (Sumatera), Wonosari (Yogja) dan Cepu (Jateng).
Punden berundak, bangunan pemujaan terhadap roh nenek moyang yang berupa susunan batu bertingkat, banyak ditemukan di Banten, Garut, Kuningan, Sukabumi (Jabar). Dalam perkembangan selanjutnya, punden berundak merupakan dasar dalam pembuatan candi, bangunan keagamaan maupun istana.
Selain itu di temukan pula hasil budaya megalithikum dalam bentuk patung atau arca manusia yang menggambarkan wujud nenek moyang atau arca binatang. Patung banyak di temukan di daerah Pasemah (Sumatera), sementara di di lembah Bada (Sulteng) ditemukan patung manusia (laki- laki dan perempuan).


KEBUDAYAAN HINDU, BUDHA, DAN ISLAM
Kebudayaan Hindu dan Budha

Pada awal abad ke-3 dan ke-4 masehi, agama Hindu masuk ke indonesia khususnya ke pulau jawa. Perpaduan antara kebudayaan setempat dengan kebudayaan Hindu yang berasal dari India berlangsung dengan mantap. Sekitar abad ke-5, ajaran Budha atau budhisme masuk ke wilayah Indonesia, khususnya ke dalam pulau jawa. Agama/ajaran budha dapat dikatakan berpandangan lebih maju dari pada hinduisme, sebab dalam ajaran budhisme tidak mengenal adanya kasta-kasta dalam kehidupan masyarakat.

Walaupun demikian,kedua agama tersebut tumbuh dan berkembang berdampingan secara damai di Indonesia, Khususnya di dalam pulau jawa. Kedua penganut agama tersebut melahirkan karya budaya yang sangat bernilai tinggi dalam seni bangunan atau arsitektur, seni pahat,seni ukir, dan seni sastra. Salah satu contohnya adalah bangunan dan relief-relief yang di abadikan di dalam candi-candi di Indonesia, khususnya pulau jawa.

Kebudayaan Islam

Pada abad ke-15 dan ke-16, agama islam telah dikembangkan di indonesia, oleh para pemuka-pemuka islam yang disebut wali sanga. Titik sentral penyebaran agama islam saat itu berada di pulau jawa. Tetapi, sebenarnya agama islam telah masuk ke dalam pulau jawa pada abad ke-11 dengan bukti adanya wanita islam yang meninggal dan dimakamkan di Kota Gresik.Masuknya agama Islam ke Indonesia, khususnya ke dalam pulau jawa berlangsung secara damai. Karena islam masuk ke Indonesia tanpa unsur paksaan, melainkan dengan cara baik-baik.

Agama Islam berkembang pesat di Indonesia dan menjadi agama yang mendapat penganut sebagian besar penduduk Indonesia. Dan hal ini menyebabkan kebudayaan Islam mempunyai peranan besar dalam perkembangan kebudayaan dan kepribadian bangsa Indonesia.


KEBUDAYAAN BARAT
Unsur kebudayaan yang juga memberi warna terhadap corak lain dari kebudayaan dan kepribadian bangsa indonesia adalah kebudayaan Barat. Awal kebudayaan Barat masuk ke negara Indonesia ketika terjadi penjajahan, terutama bangsa Belanda. Mulai dari penguasaan dan kekuasaan perusahaan dagang Belanda (VOC) dan berlanjut dengan pemerintahan kolonialisme Belanda, Indonesia telah dijajah selama 350 tahun. Dipusat kekuasaan pemerintahan Belanda, dikota-kota propinsi, kabupaten muncul bangunan-bangunan dengan gaya arsitektur Barat. Dalam kurun waktu itu juga, dikota-kota pusat pemerintahan terutama di Jawa, Sulawesi Utara, dan Maluku berkembang dua lapisan sosial. Lapisan Sosial pertama, terdiri dari kaum buruh dari berbagai lapangan pekerjaan. Lapisan kedua, adalah kaum pegawai. Dalam lapisan sosial kedua inilah pendidikan Barat di sekolah-sekolah dan kemampuan dan kemahiran berbahasa Belanda menjadi syarat utama untuk mencapai kenaikan kelas sosial.

Akhirnya masih harus disebut pengaruh kebudayaan Eropa yang masuk juga kedalam kebudayaan Indonesia, ialah agama katolik dan agama kristen protestan. Agama-agama biasanya disiarkan dengan sengaja oleh organisasi-organisasi penyiran agama (missie untuk agama katolik dan zending untuk agama protestan) yang semuanya bersifat swasta. Penyiaran dilakukan terutama di daerah-daerah dengan penduduk yang belum pernah mengalami pengaruh agama hindu, budha, dan islam. daerah-daerah itu misalnya Irian Jaya, Maluku Tengah dan Selatan, Sulawesi Utara dan Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan pedalaman kalimantan.

Penduduk, Masyarakat dan Kebudayaan


 *Pertumbuhan Penduduk*


TABEL PERKEMBANGAN PENDUDUK DUNIA

2012 Population
2050 Estimate
Natural Incrase
North America
348.8m
471.3m
0.5%
Central  America
160.2m
211.9m
1.6%
South America
397.2m
479.3m
1.2%
Oceania
37.0m
57.0m
1.1%
Southeast Asia
607.9m
800.5m
1.2%
East Asia
1585.0m
1516.0m
0.4%
Eastern Europe
295.0m
259.3m
-0.2%
Westrn Europe
190.4m
193.9m
0.1%
 *sumber : world population data sheet

TABEL PENGGANDAAN PENDUDUK DUNIA
Tahun penggandaan
Perkiraan penduduk dunia

Waktu
800 SM
5 juta
-
1650 tahun
500 juta
1500
1830 tahun
1 milyard
180
1930 tahun
2 milyard
100
1975 tahun
4 milyard
45
*sumber: Ehrlich, Paul, R, et al, Human Ecology W.H. Freeman and Co San Fransisco.

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN PENDUDUK
1.      Kelahiran (Fertilitas)
Kelahiran adalah istilah dalam demografi yang mengindikasikan jumlah anak yang dilahirkan hidup, atau dalam pengertian lain fasilitas adalah hasil produksi yang nyata dari fekunditas seorang wanita. Berikun ini penjelasan mengenai pengukuran
2.      Kematian (mortalitas)
Kematian adalah ukuran jumlah kematian umumnya karena akibat yang spesifik pada suatu populasi. Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per- 1000 individu per-tahun, hingga rata-rata mortalitas sebesar 9,5 berarti pada populasi 100.000 terdapat 950 kematian per-tahun.
3.      Perpindahan (migrasi)
Migrasi adalah peristiwa berpindahnya suatu organisme dari suatu tempat ke tempat lainnya. Dalam banyak kasus organisme bermigrasi untuk mencari sumber cadangan makanan yang baru untuk menghindari kelangkaan yang mungkin terjadi karena datangnya musim dingin atau kerana over populasi.

RUMUS KEMATIAN KASAR DAN KHUSUS
• Angka kematian kasar (crude death rate)
Adalah banyaknya orang yang mati sampai 10000 penduduk pertahun cara atau rumus untuk menghitung angka kematian kasar adalah sebagai berikut:
CDR: D/Px1000
CDR: (Crude Death Rate) = Angka kematian kasar
D: (Death) = Jumlah kematian
P: (Population) = Jumlah penduduk
• Angka kematian khusu (Age spesific death rate)
Adalah banyaknya orang yang mati sampai 10000 penduduk pada usia tertentu pertahun cara untuk menghitung angka kematian khusus adalah:
ASDR = Dx/Px/1000
ASDR = Age spesific death rate
(D): (Death) = Jumlah kematian
(P): (Population) = Jumlah penduduk
Faktor-faktor penunjang kematian:
• Adanya bencana alam dan wabah penyakit
• Fasilitas kesehatn yang kurang
• Tingkat kesehatan masyarakat yang rendah
• Makanan kurang bergizi
• Kecelakaan lalu lintas
• Adanya peperangan



ANGKA KELAHIRAN
Angka kelahiran atau Crude Birth Rate (CBR) adalah angka yang menunjukkan kelahiran hidup selama 1 tahun di suatu wilayah setiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Ada 3 jenis atau macam angka kelahiran menurut kriterianya, yaitu:
-  Angka kelahiran          tinggi           kelahiran > 30 per tahun.
-  Angka kelahiran          sedang         kelahiran 20-30 per tahun.
- Angka  kelahiran         rendah        kelahiran < 20 per tahun.
Rumus Perhitungan angka kelahiran:


CBR = b/p*1000

ket. 
b = Birth (kelahiran)
p = Population (populasi)

MIGRASI
Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat (wilayah) ke tempat (wilayah) yang lain untuk menetap. Migrasi merupakan salah satu bentuk mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk adalah gerakan penduduk yang melintasi batas wilayah tertentu dalam periode tertentu. Migrasi juga mempunyai dampak yang sangat besar bagi wilayah yang di tempati diantaranya : 

 Tingginya angka kriminalitas

 Pengangguran yang tinggi karena jumlah lapangan kerja yang sangat sedikit dan kurangnya kualiatas kemampuan para masyarakatnya.
 
Banyaknya Lahan-lahan yang semakin sempit akibat pembangunan.



MACAM – MACAM MIGRASI DAN PROSESNYA
Berdasarkan wilayah yang dilaluinya migrasi terbagi atas 2 macam yaitu migrasi internasional dan migrasi internal.

1.      Migrasi Internasional terjadi jika perpindahan penduduk dilakukan melewati batas Negara.
Migrasi Internasional dibagi menjadi tiga , yaitu :
  • Imigrasi => Masuknya penduduk ke suatu negara
  • Emigrasi => Keluarnya penduduk ke negara lain
  • Remigrasi => Kembalinya penduduk ke Negara
Migrasi internasional dapat terjadi melalui dua cara yaitu migrasi ke luar (emigrasi) dan migrasi masuk (imigrasi).
2.      Migrasi Internal Merupakan Perpindahan Penduduk dengan tujuan menetap di satu wilayah ke wilayah lainnya.
Migrasi Internal dibagi menjadi empat , yaitu :
  • Urbanisasi => Dari Desa ke Kota
  • Transmigrasi => Dari Pulau ke Pulau
  • Ruralisasi => Dari Kota ke Desa
  • Evakuasi => Dari tempat yang tidak aman ke tempat yang aman.
Proses Migrasi Penduduk dari Asal ke Daerah Tujuan: 

1.Dalam memilih daerah tujuan para imigran cenderung memilih daerah yang terdekat dengan daerah asal.

2.Kurangnya kesempatan kerja didaerah asal dan adanya kesempatan kerja didaerah tujuan merupakan salah satu alasan seseorang melakukan mobilitas penduduk.

3.Informasi yang positif dari sanak saudara, kerabat tentang daerah tujuan, merupakan sumber informasi yang penting dalam pengambilan keputusan seseorang untuk berimigrasi.
  
4.Informasi yang negatif yang dating ari daerah tujuan, menyebabkan orang enggan untuk berimigrasi.

5.Makin besar pengaruh daerah perkotaan terhadap seseorang, makin tinggi frekuensi mobilitas orang tersebut.

6.Makin tinggi pendapatan seseorang, makin tinggi frekuensi mobilitas orang tersebut.

7.Seseorang akan memilih daerah tujuan dimana terdapat sanak saudara atau kenalan yang berada didaerah tersebut.

8.Migrasi masih akan terjadi apabila di suatu daerah ada bencana alam (banjir, gempa bumi dll).

9.Orang yang berumur muda dan belum berumah tangga lebih banyak mengadakan mobilitas daripada orang yang sudah berusia lanjut dan berstatus kawin.

10.Makin tinggi pendidikan seseorang, makin banyak melaksanakan mobilitas penduduk .



JENIS STRUKTUR PENDUDUK
Didalam dunia ada 3 jenis struktur yang dipakai dalam satu Negara atau wilayah yang dikelompokan berdasarkan umur yaitu:
• Struktur penduduk muda adalah apabila suatu wilayah atau Negara sebagian besar panduduknya muda struktur ini dimulai dengan umur 0-14 tahun
• Struktur penduduk dewasa adalah apabila suatu wilayah atau Negara sebagian besar panduduknya dewasa struktur ini dimulai dengan 15-64 tahun
• Struktur penduduk tua adalah apabila suatu wilayah atau Negara sebagian besar panduduknya tua tidak terdaftar lagi struktur ini dimulai dari 65 tahu keatas/senja


BENTUK PIRAMIDA PENDUDUK:
1. Piramida penduduk muda
Piramida penduduk muda (expensive) berbentuk kerucut alasnya lebar dan puncaknya meruncing.

2. Piramida penduduk dewasa
Bentuk piramida menyerupai persegi empat, bentuk tersebut menggambarkan keadaan penduduk.


3. Piramida penduduk tua
Bentuk piramidanya menyerupai bentuk nisan


RASIO KETERGANTUNGAN
Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun. Rasio ketergantungan dapat dilihat menurut usia yakni Rasio Ketergantungan Muda dan Rasio Ketergantungan Tua.
Jenis rasio ada 2 diantaranya :
Rasio Ketergantungan Muda adalah perbandingan jumlah penduduk umur 0-14 tahun dengan jumlah penduduk umur 15 – 64 tahun.
Rasio Ketergantungan Tua adalah perbandingan jumlah penduduk umur 65 tahun ke atas dengan jumlah penduduk di usia 15-64 tahun.